Berua merupakan sebuah perkampungan terpencil di dusun Ramang-ramang kabupaten Maros. Perkampungan yang terletak ditengah gugusan karst yang menjulang tinggi, serta suguhan pemandangan segar selama perjalanan menuju perkampungan menjadikan tempat ini sebagai destinasi yang harus dikunjungi ketika berada di Sulawesi Selatan. Setelah menikmati segarnya pagi dengan
pemandangan rumah panggung khas Sulawesi selatan berjejer di rumah mas Anca dan
sedapnya sop konro dengan buras ditambah perasan jeruk nipis dan sedikit sambal
menggugah selera di rumah mas Aknan, perjalanan di lanjutkan menuju dusun Ramang-ramang di kabupaten Maros. Matahari menyengat
sampai ke ubun-ubun, medan yang dilalui masih lancar, semangat masih membara, membutuhkan waktu kurang lebih satu jam perjalanan dari rumah mas Aknan di kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) hingga tiba di
gerbang tiang berwarna biru bertuliskan Karst maros. Medan mulai memberat, kondisi jalan yang berlumpur hingga membentuk kubangan tak mungkin dilewati
motor dengan beban yang berat. Beberapa orang yang di bonceng melewati jalan
ini harus berjalan kaki untuk mengurangi beban motor sampai pada medan yang
lebih ringan. Aku yang berjalan kaki sepanjang medan tak sedikitpun merasa
keberatan, sebab suguhan karst-karst yang menjulang tinggi berpadu dengan
sawah-sawah serta langit membiru bersama petani yang ceria memanen padinya
menjadi panorama megah khas Indonesia. Pemandangan khas pedesaan ini menambah semangatku dan menghapus
rintihan lelah di tulang kakiku. Kurang lebih 800 meter berjalan, medan mulai ringan.
Perjalanan berlanjut hingga sampai di sebuah rumah warga untuk memarkir motor. Selanjutnya berjalan kaki menuju sungai menunggu perahu yang merupakan transportasi utama dalam penyusuran sungai menuju Berua.
Eksplorasi Berua Sudut Terindah Ramang-Ramang
Setelah tawar-menawar harga
akhirnya deal ! sebuah perahu motor
milik warga bersedia mengantarkan pulang-pergi ke Berua perkampungan terpencil di wilayah Ramang-ramang. Trek ... tek ... tek ... tek !
suara mesin perahu motor berbunyi tanda ekspedisi menyusuri sungai di Ramang-ramang
yang hampir mirip dengan rawa-rawa di mulai. Tak bisa berkata banyak tentang
sungai ini, beningnya air yang menghijau berpadu dengan rimbunnya
pepohonan serta karst yang menjulang tinggi dilangit yang cerah,
membuat mataku tak ingin berkedip sedikitpun karena sayang sekali jika melewatkan
lukisan Tuhan yang seindah ini. Segarnya udara selama penyusuran membuatku
merasakan makna kebebasan yang sesungguhnya, penatnya rutinitas seolah hilang
disapu udara alam.
Sepanjang perjalanan suguhan
rimbunnya pohon nipah dan bakau di kiri-kanan sungai membuatku semakin terpaku.
Sesekali aku harus menundukan kepala karena melewati jembatan kecil yang
terbentang. Pemandangan unik lainnya yang dapat dijumpai adalah bebek-bebek
yang berenang bebas di sungai dan tak jarang akan terlihat beberapa warga menyusuri sungai menggunakan perahu dayung. Keelokan
alam masih tak berhenti sampai disini, setelah rimbunnya pohon nipah dan bakau, sajian suasana mistis akan terasa saat melewati sebuah cerukan goa yang membentuk terowongan di tengah sungai. Seperti kembali kedalam jaman purbakala, dinding-dinding yang kokoh dengan
bentuk kasar tak beraturan membuatku bergidik
sendiri.
Setelah suguhan memikat sepanjang
perjalanan menyusuri sungai, perahu motor bersandar di tepi sungai yang menjadi gerbang kecil sebuah perkampungan
terpencil. Inilah sudut terindah di Ramang - ramang, perkampungan Berua dengan segala keindahannya, sawah yang membentang luas, Rumah tradisional di tengah gagahnya karst yang menjulang tinggi ke angkasa, ternak-ternak sapi yang lahap memakan rumput seolah menjadi penyambut paling istimewa di perkampungan Berua.
Keramahan warga di perkampungan Berua membuatku betah berlama-lama disini. Singgah di rumah warga sembari melepas lelah dalam cerita adalah pengalaman paling mengesankan selama perjalanan ini. Suguhan teh hangat di sebuah rumah tradisional ditengah hamparan alam Berua ini
menambah decak kagumku pada keindahan alam di negeriku ini. tak hanya kekayaan
alamnya yang mempesona, keramahan warganyapun menambah nilai keindahan sebuah budaya. Alam dan budaya, dua hal termegah yang dimiliki Indonesia, yang harus di jaga, dilestarikan dan diwariskan.
Habisnya segelas teh hangat
menjadi penanda berakhirnya obrolan bersama warga. Berlanjut dengan penyusuran
digoa-goa batu yang konon terdapat cap telapak tangan nenek moyang di masa lalu,
sebagai bukti bahwa pada jaman dahulu kala pernah terjadi kehidupan disini. Goa
ini letaknya tak jauh dari rumah warga hanya beberapa meter dan terletak
disamping sawah milik warga. Sesekali aku harus berhadapan dengan sapi-sapi
yang lahap memakan rumput untuk menuju ke goa. Menjadi hal yang lumrah saat ekor
sapi mengibas-ngibas badanku. Penyusuran tak bisa berlanjut sampai kedalam goa karena waktu sudah sore dan harus mlanjutkan perjalanan ke Battimurung surganya kupu-kupu di Sulawesi Selatan. Meski aku hanya menemukan telapak tangan yang abstrak,
namun dilihat dari struktur dinding yang berkelok-kelok membentuk atap
ini, aku percaya bahwa pernah terjadi
kehidupan disini.
Eksotika karst-karst yang bersatu
dengan hamparan sawah bersama tawa petani di bawah langit cerah, segarnya udara
berpadu dengan beningnya air serta rimbunnya pohon nipah dan bakau dengan
gunung-gunung batu yang gagah menjulang ke angkasa menyuguhkan panorama yang begitu kaya, keramahan warga di
desa terpencil di sudut Ramang-ramang, serta uniknya jelajah purbakala di goa mencari
telapak tangan nenek moyang di masa lalu. Bukti bahwa Indonesia punya banyak
destinasi wisata yang tak hanya berjaya dengan baharinya, hijaunya alam dan keramahan
warganyapun menjadi keindahan tersendiri bagi setiap pelancong yang mendatanginya. Berua perkampungan kecil disudut Ramang-ramang merupakan salah satu bukti dari ribuan kekayaan yang dimiliki oleh negeri yang kucinta ini.
Kalimah Berua
"Hijaumu tak pernah palsu, langitmu yang tak pernah membisu, bahkan batumupun bisa merayu. Berua engkau Indonesiaku!"
Post Info
- Riski
- 19.02
- 5 komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Penulis
- Riski
- Berau, kalimantan Timur, Indonesia
- Terserah anda saja, saya lelah hahahaha :D
5 komentar:
sepertinya ego menulismu lebih berhasrat tinggi dibandingkan aku, buktinya tulisanmu sederhana namun membuahkan hasil yang lebih maxsimal untuk sebuah informasi destinasi. ok buanget tulisan perdanamu, teruslah menulis dan berkarya. btw aku iri, aku ga sampe ke dalam hikzhikz
thanks Mbak Yan, ini juga belajar dari blog mbak yana :)
penasaran dengan tempat ini, seberapa luaskah tempat ini? apakah di lokasi ini terdapat satwa atau vegetasi khas yang harus dilestarikan. membaca artikel ini, membuat saya mencari gambar lain di google untuk memastikan keindahannya. dan ramang-ramang di tangan photografer pro terlihat sangat indah, hehe, maaf, photo anda juga bagus koq.
terus menulis sobat, blog ini saya boorkmark.
ini adalah perjalanan pertama saya mas Iman, saat itu saya terus terpesona dengan keindahan alamnya sampai lupa mempelajari satwa dan vegetasi langkanya bahkan sekedar menerka luas tempatnya tapi jika mas pernah melihat persawahan dikabupaten Jember seperti yang dituliskan di perjalanan menuju manado kira-kira seperempat dari itu hahaha :D terimakasih mas dan saya adalah penggemar terselubung tulisan mas iman yang narasinya keren abis. terimakasih telah menginspirasi :D
ra. ini serius blog mu kh ?